Rabu, 27 Jun 2012
Belajar dari semut...
Tubuhnya kecil. Ada hitam, ada merah, tapi ia tetap semut jua. Bagai manusia ada bangsa dan sukunya, tapi tetap manusia juga. Ada yang kecil suka melata dan ada yang besar gigit berbisa, banyak sifatnya juga seperti kita bangsa manusia. Hakikatnya ia makhluk takdir Pencipta. Tidak pernah dia merungut, jauh sekali makhluk ini mengeluh. Tetapi tetap syukur bahkan kerja keras demi bangsanya.
Hidup yang sukar dan bosan dilalui dengan tenang, tetap disiplin, taat dan patuh demi anak-anak pewaris generasi. Bekerja dalam kumpulan tidak sesekali membangkit sikap tamak, bahkan semakin dipupuk semangat bekerjasama. Langkah perlahan dan lambat memungkinkannya menjadi santapan pemburu unggas atau mati tanpa kasihan. Walau kecil namun kekuataanya tidak dinafikan, mampu menggerakkan bangkai kupu-kupu dipertengahan jalan. atau daun-daun yang kekeringan jika diperlukan.
Ada yang geli, ada yang membuli. Itulah nasib si kecil yang budiman membersihkan kotoran tanpa upah dan ganjaran.
Jika direnungkan, andai pahala itu juga dimiliki oleh semut, pasti ia lebih dahulu masuk syurga. Kenapa? Kerana semut makhluk yang bersyukur dengan sifatnya. Tidak mengeluh dalam kerjanya bahkan amanah dipikul dengan jujur dan istiqamah. kerjanya ikhlas Lillah hi Taala. Andai kubu diganggu-gutat, pasti tak gentar jiwanya 'Berjihad'. Walaupun kuat, tiada riak syirik khafi walau sekecil diri. Taat pada khalifah yang adil tiada berbelah bagi walau tiada Demokratik. Dan yang penting, bangsanya bukan meletakkan sumber sebagai matlamat terus hidup, tetapi zikir pada Ilahi yang pasti andai hilang kata dihati barang sedetik, jawapan pasti baginya 'Adalah Mati'.
Walau manusia makhluk sempurna, Allah s.w tetap jadikan alam guru Dai'e yang berguna. Subahanallah.... Maha suci-Nya yang menciptakan tiap sesuatu dengan tujuan dan pedoman. Semoga iktibar semut mendewasakan iman kita dalam amal. Ya Allah, Amin......
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan